Selasa, 02 Januari 2018

Self regulated learning


1.             Definisi Self Regulated Learning
Schunk & Zimmerman (1989) menyatakan bahwa self regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana seseorang peserta didik menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri. Self regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positifnya tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya.
Menurut Mujidin dan Shidiq (2008) self regulated learning adalah kemampuan untuk mengatur diri dalam belajar dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, kemampuan perencanaan, pengorganisasian, menginstrusksi diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Menurut Winne (1997) self regulated learning adalah  kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Santrock (2008) self regulated learning atau pembelajaran regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa self regulated learning merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola diri dalam belajar secara efektif untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2.             Strategi Self Regulated learning
Purdie dan Hattie (1996) mengemukakan tujuh (7) kategori strategi belajar yang terbagi lagi ke dalam 24 subkategori strategi belajar. Ketujuh kategori tersebut yaitu self evaluating, organizing and transforming, environmental structuring, rehearsing and memorizing, seeking help, reviewing records, dan nonstrategic.
Ke-24 strategi belajar tersebut adalah sebagai berikut:
a.              Self evaluating (evaluasi diri)
Yaitu pernyataan yang mengindikasikan sisa untuk melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan kerja yang sudah dikerjakannya dan apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan apa yang direncanakannya.
Subkategorinya yaitu:
1)        Memeriksa kualitas dari usaha atau hasil keja
2)        Menggunakan sumber lain untuk membantu memeriksa pekerjaan yang telah dilakukan
3)        Menguji pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi suatu tugas tertentu
b.             Organizing and transforming (mengatur dan mengubah)
Yaitu pernyataan yang mengindikasikan keinginan siswa baik secara overt atau covert untuk mengatur ulang materi guna meningkatkan proses belajar.
4)        Membuat kesimpulan; membuat daftra poin-poin penting; membuat catatan ketika membaca
5)        Membuat rancangan, draf; perencanaan tugas yang akan dilakukan
6)        Memberikan tanda pada bagian yang penting pada buku, seperti menggaris bawahi
7)        Mengorganisasikan atau mengatur catatan, membuat dokumentasi
8)        Menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning)
9)        Mencari informasi (seeking information)
10)    Menyimpan catatan (keeping records)
c.              Environment structuring (mengatur lingkungan)
Yaitu pernyataan yang mengindikasikan upaya siswa untuk mengatur lingkungan belajar agar membuat belajar lebih nyaman, dengan mengatur lingkungan fisik maupun psikologis.
11)    Membuat dan mengatur lingkungan fisik yang dapat memudahkan mereka untuk belajar.
12)    Self environment, perilaku yang ditujukan untuk membuat individu lebih nyaman belajar.
13)    Konsekuensi diri, yaitu pernyataan yang mngindikasikan upaya siswa salam mempersiapkan dan melaksanakan ganjaran atau hukuman yang didapat jika sukses atau gagal.
d.             Rehearsing and memorizing (mengulang dan mengingat)
Yaitu pernyataan yang mengindikasikan usaha siswa untuk menghafalkan materi pelajaran dengan latihan secara overt atau covert.
14)    Mengingat
15)    Melakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman akan suatu materi
e.              Seeking help (mencari bantuan)
Yaitu usaha yang dilakukan siswa untuk meminta bantuan apabila ada yang tidak dimengerti.
16)    Bantuan teman (peer)
17)    Bantuan guru
18)    Bantuan orang dewasa
f.              Reviewing records (memeriksa catatan)
Yaitu pernyataan yang mengindikasikan upaya siswa untuk membaca kembali catatan ulangan atau tes atau buku tes untuk pesiapan dikelas atau untuk tes selanjutnya.
19)    Melihat kembali catatan
20)    Melihat kembali ujian atau tugas yang telah selesai dilakukan
21)    Membaca kembali buku pelajaran atau buku pegangan
g.             Nonstrategic
Yaitu pernyataan yang menggambarkan ketetapan hati siswa untuk melaksanakan tugas dan menggunakan energi dari dalam diri siswa.
22)    Memakai kemauan atau semangat dari dalam diri siswa
23)    Mencontek
24)    Pernyataan yang tidak bisa dikategorikan secara jelas pada salah satu kategori diatas karena kurang spesifik atau kurang jelas
25)    Pernyataan yang menggambarkan perilaku belajar yang diakibatkan oleh orang lain.
3.             Komponen self regulated learning
Self regulated learning memiliki tiga komponen menurut Zimmerman (dalam Boekaerts, Pintrinch & Zeidner, 2000) yaitu:
a.              Mengamati diri sendiri (self observation),
Yaitu dengan sengaja memberikan perhatian yang spesifik dari aspek perilaku dirinya sendiri.
b.             Penilaian dirinya sendiri (self judgement),
Yaitu dengan membandingkan kemajuan sekarang dengan suatu tujan secara standar.
c.              Reaksi dari dirinya sendiri (self reaction),
Yaitu dengan membuat respon yang evaluatif terhadap penilaian kinerjna dirinya sendiri.
4.             Faktor-faktor self regulated learning
 Berdasarkan perspektif sosial kognitif yang dikemukakan Bandura (Zimmerman, 1989) bahwa self regulated learning ditentukan oleh 3 faktor yakni faktor personal, perilaku dan lingkungan :
a.              Faktor personal
Self regulated learning terjadi dimana siswa dapat menggunakan proses personal (kognitif) untuk mengatur perilaku dan lingkungan belajar di sekitarnya secara strategis. Faktor personal melibatkan self efficacy yang mengacu kepada penilaian individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar. Persepsi self-efficacy siswa tergantung kepada empat tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang yaitu pengetahuan siswa, proses metakognitif, tujuan dan afeksi.
Pengetahuan self regulated learning harus memiliki kualitas pengetahuan prosedural dan pengetahuan bersyarat. Pengatahuan prosedural mengacu kepada pengetahuan bagaimana menggunakan strategi, sedangkan pengetahuan bersyarat mengarah kepada pengetahuan kapan dan mengapa strategi tersebut berjalan efektif. Pengetahuan self regulated learning tidak hanya bergantung kepada pengetahuan siswa tetapi juga proses metakognitif pada pengambilan keputusan dan perfoma yang dihasilkan dengan melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi mengarahkan usaha dalam mengontrol belajar.
Pengambilan keputusan metakognitif tergantung juga kepada tujuan jangka panjang siswa dalam belajar. Tujuan merupakan kriteria yang digunakan siswa untuk memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses metakognitif dipengaruhi oleh persepsi terhadap self efficacy dan afeksi. Afeksi mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri meliputi kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir dalam mencapai tujuan.
Menurut Cobb (2003), motivasi juga menjadi bagian dari diri individu. Motivasi dibutuhkan siswa untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Siswa cenderung akan mengatur waktu secara efektif dan efisien apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi instrinsik cenderung lebih memberikan hasil positif dalam belajar dan meraih prestasi yang baik. Motivasi ini lebih kuat dan lebih stabil dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik). Faktor personal melibatkan penggunaan strategi mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan yang ingin dicapai (goal setting and planning), mencatat hal-hal penting (keeping record and monitoring), serta mengulang dan mengingat materi pelajaran (rehearsing and memorizing).
b.             Faktor perilaku
Mengacu kepada kemampuan siswa dalam menggunakan strategi self evaluation sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Perilaku siswa dalam berperilaku yang berhubungan dengan self regulated learning yaitu observasi diri (self observation), penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction). Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut dikategorikan sebagai faktor perilaku yang mempengaruhi self regulated learning. Faktor perilaku ini melibatkan penggunaan strategi evaluasi terhadap diri (self-evaluation) dan konsekuensi terhadap diri (self-consequences).
c.              Faktor lingkungan
Faktor lingkungan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor personal dan perilaku. Mengacu kepada sikap proaktif siswa untuk menggunakan strategi pengubahan lingkungan belajar seperti penataan lingkungan belajar, mengurangi kebisingan, dan pencarian sumber belajar yang  relevan. Matsumoto (2008), menambahkan bahwa faktor budaya turut mempengaruhi penerapan self regulated learning. Nilai-nilai budaya yang dianut siswa akan berperan dalam menerapkan self regulated learning agar tercapainya tujuan belajar. Individu yang menerapkan self regulated learning biasanya menggunakan strategi mencari informasi (seeking information), mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), mencari bantuan sosial (seeking social assistance), serta meninjau kembali catatan, tugas, atau tes sebelumnya dan buku pelajaran (review record).
Pemaparan di atas, menunjukkan bahwa selama proses self regulated learning berlangsung, ada tiga faktor yang dapat berpengaruh. Faktor-faktor tersebut adalah faktor personal, perilaku, dan lingkungan.


Apa itu anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Definisi

Apa itu anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan adalah kecemasan yang intens dan berlebihan yang dialami seseorang, dengan frekuensi yang cukup sering, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Wajar untuk merasa cemas sesekali. Kecemasan merupakan bagian dari hidup yang umum terjadi. Namun, jika kecemasan terjadi terlalu sering, berlebihan, dan tanpa alasan yang kuat, Anda mungkin mengidap gangguan kecemasan alias anxiety disorder.
Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, yaitu:
  • Gangguan panik atau panic disorder: episode rasa takut yang tiba-tiba dan berulang yang disertai dengan keringat, nyeri dada, dan detak jantung yang tidak teratur. Serangan panik dapat terasa seperti serangan jantung.
  • Gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder: orang yang menderita kondisi ini merasa kewalahan dengan situasi sosial. Sumber dari kecemasan adalah rasa takut akan dihakimi atau malu di depan orang lain.
  • Fobia spesifik: kecemasan yang intens terhadap suatu hal yang spesifik (ketinggian, sebagai contoh) yang menyebabkan orang tersebut menghindari sumber ketakutan.
Gangguan kecemasan umum: rasa takut yang tidak realistis yang dapat muncul tiba-tiba tanpa alasan.

Seberapa umumkah anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Kondisi ini sangat umum terjadi dan dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Ciri-ciri dan gejala seseorang mengalami anxiety disorder atau gangguan kecemasan adalah:
  • Merasa gelisah, lemah, atau lelah
  • Detak jantung meningkat
  • Napas dengan cepat
  • Berkeringat dan gemetar
  • Kesulitan mengendalikan ketakutan atau kecemasan
  • Insomnia
  • Merasakan bahaya atau panik.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.

Penyebab

Apa penyebab anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Penyebab dari gangguan kecemasan/panik belum ditemukan. Kondisi tersebut dapat dipicu oleh kejadian traumatis di masa lalu, masalah kesehatan, obat-obatan tertentu, atau stress jangka panjang.
Gangguan kecemasan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti:
  • Depresi
  • Penyalahgunaan zat
  • Insomnia
  • Rasa sakit fisik
  • Penarikan diri dari lingkungan
  • Bunuh diri.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Ada banyak faktor risiko untuk kecemasan, yaitu:
  • Pengalaman hidup yang menyebabkan stress
  • Kondisi medis serius
  • Masalah penyalahgunaan zat.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana anxiety disorder (gangguan kecemasan) didiagnosis?

Dokter perlu untuk mengevaluasi gejala dengan hati-hati untuk melakukan diagnosis.

Apa saja pengobatan untuk anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Jika Anda merasa khawatir secara terus menerus, atau Anda memiliki kesulitan mengendalikan rasa takut Anda, terutama jika hal tersebut mempengaruhi kualitas hidup Anda, Anda perlu mencari pertolongan medis sesegera mungkin. Gangguan kecemasan dapat diatasi dengan obat-obatan, psikoterapi, dan terapi kognitif-perilaku. Konsultasikan dengan ahli untuk mencari solusi yang terbaik untuk Anda.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi anxiety disorder (gangguan kecemasan)?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kecemasan:
Anxiety disorder atau gangguan kecemasan menyerupai kondisi medis lainnya. Kondisi ini tidak akan menghilang dengan sendirinya. Penting untuk Anda mengerti tentang kondisi Anda dan ikuti rencana perawatan. Perubahan positif pada gaya hidup juga dapat membantu. Jangan ragu  untuk mencari dukungan jika Anda memerlukannya.

Cemas VS Gangguan Kecemasan: Kenali Perbedaannya

Setiap orang pasti pernah merasa cemas dalam hidupnya. Mengapa? Secara normal, cemas adalah respon tubuh terhadap ancaman dari lingkungan luar. Saat kita merasa terancam oleh kondisi bahaya, otak mengirimkan perintah kepada tubuh untuk mengeluarkan sebuah senyawa bernama adrenalin. Adrenalin menimbulkan perasaan waspada dan memberikan kekuatan bagi tubuh untuk melakukan respon fight (serang) or flight (lari)Tapi, gangguan kecemasan tidak bisa dianggap sebagai cemas biasa, karena ini merupakan sebuah bentuk gangguan mental.

Apa itu gangguan kecemasan?

Gangguan kecemasan atau generalized anxiety disorder adalah cemas yang berlebihan dan terjadi secara terus menerus, disertai gejala yang menganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari. Kecemasan yang dialami tidak sebanding dengan tekanan yang sesungguhnya dialami dalam kehidupan.

Apa saja gejala dan ciri jika Anda mengidap gangguan kecemasan?

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, seseorang disebut menderita gangguan kecemasan dapat ditegakkan jika:
  • Penderita menunjukkan kecemasan yang berlangsung selama hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, dan tidak hanya terjadi pada situasi khusus tertentu
  • Gejala mencakup hal-hal seperti:
    • Kecemasan (khawatir akan bernasib sial, sulit konsentrasi)
    • Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, tidak dapat santai, gemetaran)
    • Sistem saraf tak sadar terlalu aktif (berkeringat, jantung berdebar-debar, nyeri lambung, nyeri kepala, mulut kering)
  • Jika terjadi pada anak, penderita akan cenderung rewel secara berlebihan.

Bagaimana cara mencegah terjadinya gangguan kecemasan?

1. Bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

Kesendirian dan isolasi merupakan kondisi rentan yang memicu terjadinya kecemasan. Cegahlah kerentanan ini dengan cara berinteraksi tatap muka dengan teman terdekat atau orang terpercaya bagi Anda. Sediakan waktu untuk bertemu secara teratur untuk berbagi keluh kesah dan kekhawatiran.

2. Melakukan teknik relaksasi

Melakukan teknik relaksasi seperti meditasi pikiran, relaksasi otot, dan pernapasan dalam dapat menurunkan gejala kecemasan dan meningkatkan rasa relaks dan ketenangan emosi. Selain itu, jangan lupa lakukan ibadah kepada Tuhan untuk mendapatkan kedamaian jiwa.

3. Olahraga teratur

Olahraga merupakan pereda kecemasan alami. Lakukan olahraga aerobik 30 menit setiap harinya. Aktivitas ritmis yang melibatkan anggota gerak badan yaitu tangan dan kaki dapat menghasilkan efek yang optimal. Contoh dari olahraga tersebut ialah berlari, berenang, atau menari.

4. Tidur yang cukup

Kurang tidur dapat memperparah gejala cemas, maka sediakan waktu tujuh hingga sembilan jam tidur malam yang berkualitas.

5. Kurangi konsumsi alkohol, nikotin, dan kafein

Alkohol dan kafein dapat memperparah kecemasan. Sedangkan nikotin, yang kita jumpai dalam bentuk rokok, terkesan memberikan efek ketenangan. Padahal, nikotin merupakan stimulus kuat yang meningkatkan level kecemasan.

6. Latih otak untuk tetap tenang

Khawatir dan cemas merupakan kebiasaan mental yang dapat kita tangani jika kita dapat mengenali pola dan mempelajari cirinya. Strategi seperti berpikir positif dan belajar menerima keadaan dapat menurunkan kecemasan secara signifikan.
Setelah mengetahui arti, tanda, gejala dan pencegahan, yuk kenali tanda gangguan kecemasan sedini mungkin! Jangan ragu untuk menghubungi tenaga kesehatan profesional jika Anda, teman atau keluarga Anda menunjukkan gejala serupa.
“To be healthy as a whole, mental wellness plays a role.”

Karakteristik, Elemen Sistem, dan Model Sistem Informasi Psikologi

A. Pengertian Sistem Informasi Psikologi

Marimin, Tanjung & Prabowo (2006) mengemukakan bahwa Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks.
Davis (dalam Gaol, 2008) menyatakan bahwa Informasi adalah data yang telah diproses/ diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya.
Menurut Branca (dalam Basuki, 2008) Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia.
Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh mengenai sistem, informasi, dan psikologi, maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari Sistem Informasi Psikologi adalah suatu sistem yang digunakan untuk memperoleh data yang berarti bagi si pengguna atau penerima mengenai ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia atau psikologi.
B. Karakteristik Sistem
Menurut Hutahaean (2015) Sistem itu dikatakan sistem yang baik, jika memiliki karakteristik yaitu:
  1. Komponen
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama mmbentuk satu kesatuan. Komponen sistem terdiri dari komponen yang berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
2. Batasan sistem (Boundary)
Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batasan suatu sistem menujukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
  1. Lingkungan luar sistem (environtment)
Lingkungan luar sistem (environtment) adalah diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan dapat bersifat menguntungkan  yang harus tetap dijaga dan yang merugikan yang harus dijaga dan dikendalikan, kalau tidak akan meengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
  1. Penghubung sistem (interface)
Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsitem dengan subsitem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari subsitem ke subsitem lain. Keluaran (output) dari subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsitem lain melalui penghubung.
  1. Masukan sistem (input)
Masukan adalah energy yang dimasukan ke dalam sistem, yang dapat berupa perawatan (maintenance input), dan masukan sinyal (signal input). Maintenace input adalah energy yang dimasukan agar sistem dapat beroperasi. Signal input adalah energy yang diproses untuk didapatkan keluaran. Contoh dalam sistem computer program adalah maintenance input sedangkan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
  1. Keluaran sistem (output)
Keluaran sistem adalah hasil dari energy yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Contoh komputer menghasilkan panas yang merupakan sisa pembuangan sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
  1. Pengolah sistem
Suatu sistem menjadi bagian pengolah yang akan merubah masukkan menjadi keluaran. Sistem produksi akan akan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, system akutansi akan mengolah data menjadi laporan-laporan keuangan.
  1. Sasaran sistem
Suatu sistem pasti mempunyai  tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.
C. Elemen Sistem
Menurut  Amsyah (2005) modul sistem terdiri dari empat subsistem, yaitu:
  1. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). (wikipedia.com)
  1. Pengolahan
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. (wikipedia.com)
  1. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. (wikipedia.com)
  1. Umpan balik/ kontrol
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. (wikipedia.com)
D. Model Sistem Psikologi
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Kemajuan dalam penggunaan komputer telah membuat DISC dapat dimanfaatkan secara universal, karena hasilnya dapat diperoleh dan diinterpretasikan secara otomatis dan cepat. Pada akhirnya, DISC menjadi solusi hemat bagi setiap orang, dan telah berkembang menjadi alat asesmen perilaku (behavioral assessment tool) yang paling banyak digunakan di dunia saat ini (Trisni, 2010). DISC Personality system merupakan bahasa universal mengenai perilaku. Setiap indiviu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti:
  1. Dominant (D)
  2. Influencing (I)
  3. Steadiness (S)
  4. Conscientiousness (C)
Tujuan Sistem
Untuk melihat tipe-tipe perilaku atau gaya kepribadian yang dimiliki seseorang secara cepat dan otomatis.
Elemen Sistem
  1. Masukan (input) : Memilih satu kata yang paling menggambarkan individu yang bersangkutan diantara beberapa kata lainnya.
  2. Pengolahan (proses) : Memberikan tanda (X) pada tiap kata yang dipilih
  3. Keluaran (output): Skor atau hasil yang didapatkan.
  4. Umpan balik/ kontrol : mengetahui tipe/ kepribadian apa yang dimiliki, lalu mengintrospeksikannya oleh individu yang bersangkutan.
Karakter Sistem
  1. Komponen : Bagian-bagian yang mendukung pembuatan sistem Tes DISC online
  2. Batasan sistem (Boundary)
  3. Lingkungan luar sistem (environtment)
  4. Penghubung sistem (interface)
  5. Masukan sistem (input) : Memilih satu kata yang paling menggambarkan individu yang bersangkutan diantara beberapa kata lainnya
  6. Keluaran sistem (output) : Skor atau hasil yang didapatkan.
  7. Pengolah sistem : Memberikan tanda (X) pada tiap kata yang dipilih
  8. Sasaran sistem: Individu yang ingin mengetahui tipe/ gaya kepribadian apa yang dimiliki.

E. Daftar Pustaka
Amsyah, Z. (2005). Manajemen sistem informasi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka umum
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Gunadarma
Gaol, C.J.L. (2008). Sistem informasi manajemen pemahaman dan aplikasi. Jakarta: Grasindo
Hutahaean, J. (2015). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish Publisher
Marimin., Tanjung, H., & Prabowo, H. (2006). Sistem informasi manajemen sumber daya manusia. Bogor: Grasindo

Selasa, 21 November 2017

Dragon Test dan Draw A Family Test

A.    Dragon Test

Gambar proyektif membantu anak mengekspresikan diri.oleh karena itu, teknik semacam itu adalah metode yang memberi kita kesempatan untuk memahami konflik internal anak-anak pra sekolah, ketakutan dan interaksinya dengan anggota keluarga dan persepsi mereka terhadapnya (Cummings dalam Metin & Ustun, 2010).
Dragon test dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith. Dragon test merupakan tes yang digunakan untuk anak-anak. Anak diminta untuk membuat gambar yang didalamnya terdapat 5 objek yang menggambarkan beberapa aspek : matahari (ayah), rumah (ibu), pohon (anak), naga (kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dan dinamika anak), dan kolam (emosi, perasaan, dan sensivitas). Gambar dibuat dengan 5 warna primer yaitu merah, hijau, kuning, biru, dan hitam. Kemudian gambar naga bisa diubah dengan gambar binatang buas. Alat yang digunakan dalam tes ini adalah kertas putih ukuran A4, satu set pensil warna (5 warna primer) dan daftra 5 objek gambar dengan waktu tidak ada batanya.

B.     Draw a Family
Keluarga adalah bentuk paling dasar dari organisasi sosial manusia, dan mewakili dasar struktur sosial. Selama periode kelahiran sampai dewasa, pembentukan karakter individu dipengaruhi oleh keluarga. Pengaruh dari keluarga sangat berdampak pada perkembangan baik fisik maupun emosi anak, keterampilan hubungan interpersonal dan perkembangan kepribadian mereka.
Gambar dapat digunakan untuk mempelajari lebih lanjut tentang interaksi anak-anak dengan anggota keluarga dan sikap mereka terhadap keluarga mereka. Untuk anak-anak, menggambar merupakan jembatan penghubung antara dunia batin anak dengan dunia luar. Ini merupakan gambaran dari bahasa psikologi mengenai ekspresi diri. Dengan menggunakan struktur konseptual ini, anak mampu mengubah gambaran mental yang terjadi dalam kesadaran mereka kedalam suatu hal yang bisa dilihat, diketaui dan bisa diskusikan (Fan,1996).
Family drawing menguji secara umum penilaian terhadap anak-anak karena pembangunan kognitif dan emosional, sebagai indikator kesehatan mental, dan untuk evaluasi anak-anak persepsi hubungan keluarga. Draw a family adalah teknik yang memfasilitasi anak untuk mengetahui perasaan, persepsi, sikap, dan kebutuhan terhadap keluarga. Ada beberapa indicator yang dapat dilihat yaitu size (ukuran), style (gaya), facial (wajah), bodily feature (anggota tubuh), dan placement (penempatan gambar).Digunakan untuk anak usia 6-12 tahun dengan alat pensil serta kertas putih polos.
Instruksi yang digunakan dalam tes ini cukup sederhana yaitu “Gambarlah keluargamu , termasuk diri kamu sendiri”. Kemudian terapis bertanya kepada anak mengenai indetitas figure yang digambar dan bediskusi jika anak ingin menceritakan tentang gambarnya. Aspek kualitatif seperti ukuran figur yang relatif,  jarak antara figur, dan pembagian gambar pada kertas. Sebagai tambahan, mengenai siapa yang digambar, tekanan pensil ketika menggambar, shading dan pewarnaan, serta kekurangan atau kelebihan anggota keluarga (termasuk anak) itu penting (Kleps & Logie, 1982).
Macam-macam dari Draw a family yaitu:
a.         Child and Parent Family Drawing
b.         Family Drawing/Storytelling
c.         Family Drawing Interview
d.         Kinetic Family Drawing
e.         Sensory/Kinetic Hand Family Drawing
f.          Make a Family Drawing
g.         Family Interaction Diagram

Makna warna dalam draw a family:
·         Merah              : hasrat, agresi, kemarahan
·         Biru                 : kebutuhan akan cinta dan penerimaan
·         Ungu               : keraguan
·         Kuning            : kegembiraan
·         Hijau               : mau bertindak, kegigihan
·         Cokelat            : kebutuhan dalam merasa aman
·         Merah jambu   : kedamaian dan harmonis

·         Hitam              : kesedihan, keputusasaan, kehampaan
ANALISIS GAMBAR



a.      Very Conflictual Families
·         Keluarga dengan konflik keluarga yang tinggi, kekerasan dalam keluarga, perceraian orang tua, orang tua yang ketergantungan obat terlarang dan lain-lain.
·         Anak menggambar dengan gambar yang terlihat kosong, tidak teratur, dan memiliki tipe gambar dengan proporsi yang ramping/kurus.
·         Warna yang digunakan adalah warna (Grey, Black, Dark Blue, Violet, Olive Green)





b.      Harmonious Families
·         Keluarga dengan orangtua yang sangat mendukung anak, sangat menjaga harmonisasi hubungan personal keluarga.
·         Anak menggambar dengan bentuk lebih besar, terlihat lebih berisi, dan bentuk gambar lebih proporsional .
·         Warna yang digunakan adalah warna “Reassuring and Playful Colours” (Pink, Orange, Light Yellow, Sky Blue Pastel colours)

 @PsikologID (2015). Who am i? kokology & fisiognomy version. Jakarta: Lintas Kata
Biasi, V., Bonaiuto, P., Levin, J. M. (2015). The “colour family drawing test”:assessing children’s perception of familycrelationships. studies on mental health and cross-cultural comparisons. Health. (7), 300-307
Fan, R. J. (2012). A Study on the Kinetic FamilyDrawings by Children with DifferentFamily Structures. The International Journal of Arts Education. 173-204
Metin, O., Ustun, E. (2010). Reflection of sibling relationships into the kinetic family drawings during the preschool period. Procedia social and behavioral sciences,(2) 2440–2447
Scaefer. C. E., Cangelosi. D. (2016). Essential play therapy techniques. New York: Guilford Publications,Inc