Selasa, 27 Desember 2016

Tugas 3 Softskill Psikologi Manajemen

Pengertian Empowerment


Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan.
Empowerment, yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi.
Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Kunci Efektif Empowerment
Menurut Friedmann ada dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya, kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.


Definisi Stress
Kondisi seseorang yang sedang mengalami tekanan dalam kehidupannya yang begitu sulit dibayangkan dan sangat sakit untuk dirasakan. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi kinerja keseharian juga dapat menurunkan produktivitas, menimbulkan rasa sakit serta gangguan mental lainnya. Sumber stress sendiri disebut dengan stressor, sedangkan ketegangan yang dihasilkan disebut strain.
Menurut Hans Selye 1976, stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Seseorang dapat dikatakan stress jika mengalami beban atau tugas yang berat, tetapi ia tidak dapat mengatasinya.
Di zaman seperti ini, begitu banyak orang yang mengalami stress, baik itu orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Disaat jiwa kita mengalami suatu cobaan / tekanan yang berat, maka dengan sendirinya otak kita akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan hormon dalam jumlah yang cukup banyak sebagai energi tambahan untuk bertindak menghadapi situasi yang menekannya dan apabila situasi tersebut telah berlalu, maka kondisi tubuh akan kembali tenang.
Penyebab Stress
Dimasa yang serba instan ini, dengan gaya hidup yang serba cepat, menambah semakin kompleksnya permasalahan hidup. Dimana tekanan kehidupan yang datang lebih cenderung berupa psikologis, seperti yang sedang marak ditengah masyarakat saat ini yaitu perselingkuhan, perceraian, pemerkosaan, perampokan, ekonomi, persaingan bisnis yang tidak sehat, terlilit hutang rentenir, penganiayaan dan kematian orang yang di cintainya, dll. Berikut pengelompokkan berdasar sumbernya:
  1. Faktor Eksternal; merupakan faktor penyebab stress yang berasal dari luar diri. Misalkan saja terkena PHK, tugas banyak, mengalami kejadian duka, dan sebagainya, yang memungkinkan membuat orang menjadi stress.
  2. Faktor Internal; berhubungan erat dengan faktor dari dalam diri dan keadaanya. Misalkan, harapan yang terlalu tinggi dan sulit mencapainya, ketakutan akan sesuatu hal, trauma, dan sebagainya.
Keadaan stress yang bertubi-tubi secara psikologi dapat menyebabkan jiwa lelah dan tubuh terasa lunglai, sehingga bisa menyebabkan seseorang tidak mampu berpikir jernih dan mendekati putus asa, bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Faktor lain yang paling sering menyebabkan seseorang mengalami stress ialah tuntutan di dalam pekerjaan.
Menurut Sarafino (1990), stress kerja dapat disebabkan oleh:
  1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan
  2. Kurangnya control yang dirasakan
  3. Kurangnya hubungan interpersonal
  4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja 
Cara Menangani Stress
Seseorang tidak bisa berada dalam kondisi stress terlalu lama, karena stress yang berkepanjangan dapat mengganggu respon jantung, juga dapat menurunkan imun atau ketahanan tubuh, sehingga dapat berpengaruh negatif pada kesehatan. Berikut ada beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress:
  1.  Diam Sejenak; artinya menenangkan pikiran sejenak dan mengalihkan perhatian sementara dari stress. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti; memancing, melukis, berkebun, merangkai bunga, menyulam, dan sebagainya
  2.  Membaca; terbukti efektif mengurangi stress karena membaca dapat mengalihkan fokus pikiran, sehingga membuat pikiran menjadi lebih baik.
  3. Mendengarkan Musik; dapat menenangkan detak jantung yang keras juga dapat menenangkan ketegangan pikiran. Karena musik dapat memberi efek perasaan tenang pada pendengarnya
  4. Berinteraksi dengan Keluarga` merasakan cinta kasih dari keluarga (anak, cucu, kakak, adik, mama, papa) akan membuat diri tersenyum bahagia. 
  5. Kesibukan yang menguntungkan 
  6. Berolah Raga; olah raga ringan dengan jalan santai, jogging, bersepeda dan bila dirasa perlu maka datangi tempat kebugaran seperti fitness, kolam renang, sanggar senam, dll.
 
Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Jenis-Jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  1. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  3. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  4. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  5. Konflik antar atau tidak antar agama
  6. Konflik antar politik.
 Proses pada Konflik


Menurut Pondi, Proses terjadinya konflik sebagai berikut.

  1. Konflik Laten (Latent Conflict); merupakan tahap dari munculnya faktor-faktor penyebab konflik dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini ialah persaingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi di dalam organisasi. 
  2. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict); pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. 
  3. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict); pada tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya. 
  4. Resolusi Konflik (Conflict Resolution); pada tahap ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan. 
  5. Konflik Aftermath; jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik yang baru.

Menurut Smith, Proses terjadinya konflik sebagai berikut :

  1. Tahap Antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan. 
  2. Tahap Menyadari, yaitu perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan.
  3.  Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan. 
  4. Tahap Perdebatan Terbuka, yaitu perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka. 
  5. Tahap Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika lambangnya tidak dimengerti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.
Hambatan dalam Komunikasi
Tidak efektifnya proses komunikasi disebabkan oleh 3 hal pokok unsur utama komunikasi yaitu komunikator, isi pesan, dan juga komunikan. Dan roses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal, yaitu:
  1. Hambatan internal; adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
  2. Hambatan eksternal;
    adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.

Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
  1. Gangguan; mekanik dan semantik
  2. Kepentingan
  3. Motivasi terpendam
  4. Prasangka
Sumber:
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Senin, 14 November 2016

PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)

1Pengertian Pengorganisasian (Organizing)
 
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi, ruangan laboratorium, serta penetapan tugas dan wewenang seseorang pendelegasian wewenang dan seterusnya dalam rangka untuk mencapai tujuan.
 
ORGANISASI FORMAL DAN INFORMAL 1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
  
     Manfaat struktur fungsional dan struktur divisional
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan.
  • Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer.
  • Teori struktural fungsional berkaitan erat dengan sebuah struktur yang tercipta dalam masyarakat. Struktural – fungsional, yang berarti struktur dan fungsi. Artinya, manusia memiliki peran dan fungsi masing – masing dalam tatanan struktur masyarakat

Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Dalam struktur organisasi fungsional, setiap manajer yang mempunyai spesialisasi fungsional menggantikan tempat dan peranan si pemilik perusahaan.  Transisi menuju spesialisasi ini membutuhkan sebuah perubahan substansial dalam gaya manajemen pimpinan perusahaan. Sebagai organisasi yang  menumbuhkan dan mengembangkan sejumlah produk dan pasar yang berkaitan, struktur organisasi ini secara teratur berubah untuk merefleksikan spesialisasi yang lebih besar. Untuk mengetahui format struktur organisasi fungsional, lihat gambar berikut.
Struktur Organisasi Fungsional

Sumber : Samuel C. Certo & J.Paul Peter, Strategic Management, McGraw-Hill, 1990, p.125.
Kerugian struktur fungsional dan struktur divisional
          
Struktur organisasi fungsional ini mempunyai  beberapa kelebihan, antara lain:
  • Efisiensi melalui spesialisasi
  • Komunikasi dan jaringan keputusannya relatif sederhana
  • Mempertahankan tingkat pengendalian strategi pada level manajemen puncak
  • Mempermudah pengukuran output dan hasil dari setiap fungsi
Sedangkan kekurangan dari struktur organisasi fungsional adalah:
  • Dapat mendorong timbulnya persaingan dan konflik antar fungsi
  • Mengakibatkan sulitnya koordinasi di antara bidang-bidang fungsional
  • Dapat menyebabkan tingginya biaya koordinasi antar fungsi
  • Identifikasi karyawan dengan kelompok spesialis dapat membuat perubahan menjadi sulit
Dalam struktur organisasi divisional, manajer divisi dapat mengembangkan strategi untuk masing-masing divisinya dan mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda dengan divisi lainnya. Pada organisasi divisional, divisi-divisi tersebut dapat menjadi tempat yang baik untuk melatih para manajer muda. Selain itu juga merupakan tempat yang baik  dalam mengembangkan intuisi kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat inisiatif dalam suatu perusahaan. Untuk mengetahui format struktur organisasi divisional, perhatikan  gambar berikut.
Struktur Organisasi Divisional

Sumber : Samuel C. Certo & J.Paul Peter, Strategic Management, McGraw-Hill, 1990, p.125.
Pengertian Actuating
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agarmau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership ( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling ( nasehat).
Menggerakkan (actuating) menurut Tery berarti merangsanganggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dankemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin.Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai perananpenting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya. Menurut Keith Davis, Actuating adalah kemampuan membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaranperusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untukmengerjakan sesuatu jika :
a. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
b. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagidirinya,
c. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yanglebih penting, atau mendesak,
d. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
Bagian yang termasuk dalam manajemen pengarahan sebagai berikut:
       Motivasi: Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang orang berprilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Motivasi adalah subyek membingungkan, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
     Komunikasi dalam Organisasi: Komunikasi adalah kegiatan untuk para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasikan pada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komuni kasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Manajer dapat melaksanakan fungsi fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
Kepemimpinan manajerial didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Implikasi penting dalam definisi tersebut yaitu: pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain bawahan atau pengikut; kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara pimpinan dan anggota kelompok; ketiga, pemimpin dapat juga memberikan pengaruh. Kepemimpinan merupakan bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran, sedangkan manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.
Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
Definisi Controlling dan Langkah-langkah dalam Kontrol
  1. Definisi mengendalikan (controlling)
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan­penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Mc. Farland memberikan definisi, pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditentukan.
  1. Langkah-Langkah dalam Kontrol
Dalam proses pengendalian (kontrol) dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut ini :
  1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar pengendalian.
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada.
  4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
  5. Tipe-Tipe Kontrol
Ada 4 tipe kontrol dalam pengendalian manajemen, yaitu :
  1. Pengendalian dari dalam organisasi (kontrol internal)
Adalah pengendalian yang dilakukan oleh oleh aparat/unit pengendalian yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri (dalam satu atap). Aparat/unit pengendalian ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan untuk melihat dan menilai kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Selain itu pimpinan dapat mengambil suatu tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya (internal control), misalnya unit kerja Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan di tingkat departemen.
  1. Pengendalian luar organisasi (kontrol eksternal)
Adalah pengendalian yang dilakukan oleh Aparat/Unit Pengendalian dari luar organisasi terhadap departemen (lembaga pemerintah lainnya) atas nama pemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan pemeriksaan/pengendalian terhadap organisasinya. Misalnya Konsultan Pengawas, Akuntan swasta dan sebagainya.
  1. Pengendalian preventif
Pengendalian preventif adalah pengendalian yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud pengendalian preventif adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan.
  1. Pengendalian represif
Pengendalian represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud dilakukannya pengendalian represif adalah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya tidak menyimpang dari yang telah direncanakan (dalam pengendalian anggaran disebut post- audit).
  1. Kontrol Proses Manajemen
Dalam proses pengendalian manajemen yang baik sebaiknya formal, akan tetapi sifat pengendalian informal pun masih banyak digunakan untuk proses manajemen. Pengendalian manajemen formal merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan antara satu dengan lain, terdiri dari proses :
  1. Pemrograman (Programming)
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan dilaksanakan dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program yang telah ditentukan.
  1. Penganggaran (Budgeting)
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
  1. Operasi dan Akuntansi (Operating and Accounting)
Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang digunakan dan penerimaan-penerimaan yang dihasilkan. Catatan dan biaya-biaya tersebut digolongkan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan pusat-pusat tanggungjawabnya. Penggolongan yang sesuai program dipakai sebagai dasar untuk pemrograman di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang sesuai dengan pusat tanggung jawab digunakan untuk mengukur kinerja para manajer.
  1. Laporan dan Analisis (Reporting and Analysis)
Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian manajemen agar data untuk proses pertanggungjawaban akuntansi dapat dikumpulkan.

Bagaimana Proses Manajemen?

Penjelasan Kerangka Manajemen
Proses Manajemen
Manajemen memiliki 4 kerangka, yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengendalian. Didalam informasi lain anda akan lihat ada 3 kerangka, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian. Atau 5 kerangka manajemen, yaitu, Perencanaan, Pengorganisasian, Staffing, Leading, dan Pengendalian.  Apapun modelnya, pada dasarnya memiliki satu tujuan. Proses merupakan kegiatan untuk melakukan aktivitas secara rutin dan sistematis dalam menjalankan kerangka-kerangka manajemen. Kegiatan ini dilakukan oleh para manajer disetiap tingkatan.

A.    Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan kegiatan dalam menentukan tujuan organisasi dalam memilih yang terbaik dari terbaik alternatif-alternatif yang ada. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan dalam memilih alternatif terbaik bagi tujuan organisasi. Perencanaan diperlukan dalam mengarahkan organisasi. Pertama sekali rencana ditetapkan untuk organisasi secara keseluruhan, lalu kemudian, rencana yang lebih detil dibuat untuk bagian-bagian atau divisi dari organisasi ditetapkan.
Berikut manfaat dari perencanaan:
  1. Mengarahkan kegiatan organisasi meliputi penggunaan sumberdaya dan penggunaannya untuk pencapaian tujuan organisasi.
  2. Lebih memantapkan konsistensi kegiatan anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi.
  3. Sebagai alat dalam memonitor kemajuan organisasi. Monitoring ini erat kaitannya dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian membutuhkan perencanaan dan perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.

B.    Pengorganisasian (Organizing and Staffing)

Pengorganisasian merupakan kegiatan dalam mengkoordinir segala sumberdaya, tugas dan otoritas anggota organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Misalnya yang sering kita lihat adalah pengorganisasian berdasarkan fungsi pokok perusahaan, yakni: Pemasaran, Keuangan, Produksi, Administrasi, dan Personalia. Masing-masing bagian dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Tentunya berbagai organisasi, strukturnya tentu berbeda satu sama lain yang disusun berdasarkan tujuan organisasi tersebut. Misalnya struktur organisasi Universitas, tentu berbeda dengan struktur perusahaan, maupun militer.

 C.    Pengarahan (Leading)

Setelah struktur dibuat dan orang-orangnya yang menduduki posisi manajer telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah bagaimana orang-orang tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Pengarahan bisa dikatakan suatu pekerjaan yang paling menantang karena langsung berhadapan dengan manusia. Pengarahan itu meliputi:
  1. Memberi pengarahan (Directing)
  2. Mempengaruhi orang lain (Influencing)
  3. Memotivasi orang untuk bekerja (Motivating)
Bagaimana membuat orang lain bekerja sesuai yang kita inginkan tidak mudah. Seorang manajer harus menciptakan suasana yang bisa mendorong orang lain untuk bekerja. Cara-cara ini masing-masing manajer tentu tidak sama dan ini merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seorang manajer.

D.    Pengendalian (Controlling)

Pengendalian bertujuan untuk memastikan apakah kegiatan organisasi sesuai dengan yang direncanakan. Seorang manajer harus senantiasa memonitor kemajuan organisasi. Fungsi pengendalian meliputi:
  1. Menentukan standar prestasi
  2. Mengukur prestasi yang dicapai selama ini
  3. Membandingkan prestasi yang dicapai dengan standar prestasi
  4. Melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan dari standar prestasi, lalu kemudian kembali lagi ke proses perencanaan, dst.

 
 
SUMBER :
elearning.gunadarma.ac.id
http://www.manajemenn.web.id/2011/08/pengertian-pengorganisasian.html
https://faizahistiblog.wordpress.com/mata-kuliyah/manajemen-dakwah/organisasi-formal-dan-informal/
http://nonvivit.blogspot.co.id/2013/10/manfaat-struktur-fungsional-dan.html
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 
http://sywids.net/proses-manajemen

Selasa, 11 Oktober 2016

Manajemen, Kepemimpinan dan Perencanaan

MANAJEMEN
A. Pengertian Manajemen
Kata manajemen di ambil dari kata bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin. Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli :
  1. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (By : Drs. Oey Liang Lee )
  2. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. (By : James A.F. Stoner)
  3. Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. (By : R. Terry )
  4. Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.(By : Lawrence A. Appley)
  5. Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. (By : Horold Koontz dan Cyril O’donnel )
Sebenarnya ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah :
“Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”
B. Jenis Jenis Manajemen
Manajemen terbagi menjadi 5 jenis yaitu:
  • Manajemen Keuangan: merencanakan, menganggarkan, mencari, menyimpan, memeriksa, mengelola dan mengendalikan dana yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok (perusahaan maupun organisasi).
  • Manajemen Pemasaran: suatu proses yang berjalan dengan tujuan agar menetapkan suatu harga serta promosi, menyalurkan gagasan dan sebagainya agar dapat mempertahankan “kehidupan” suatu perusahaan maupun untuk mengembangkan perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya dapat mencapai keutungan yang maksimal dengan pengorbanan seminimal mungkin.
  • Manajemen Pendidikan: sumber – sumber pendidikan dibuat lebih terpadu/terpusat agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif maupun efisien.
  • Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM): merupakan cara untuk mengatur suatu hubungan maupun peran para tenaga kerja (SDM) yang dipunyai oleh suatu 1 orang/kelompok agar dapat dipekerjakan secara maksimal tetapi tetap menonjolkan keefektifan serta efisien, agar dapat mencapai tujuan.
  • Manajemen Produksi: aktivitas mengatur, mengkoordinasi, serta mengawasi bagaimana sumber daya (manusia, alat, dana, bahan) digunakan secara efektif dan efisien agar dapat menciptakan suatu barang/jasa yang memiliki nilai kegunaan yang tinggi.
C. Psikologi manajemen
Lalu apa yang dimaksud dengan psikologi manajemen? Jika manajemen dikaitkan dengan dunia psikologi, maka akan menimbulkan definisi baru yakni apa itu psikologi manajemen. Bisa disimpulkan bahwa psikologi manajemen ialah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
D. Tujuan Psikologi Manajemen
Kegiatan intervensi (yang bertujuan untuk “mengolah” manusia) inilah yang menjadi titik tolak dari kajian ilmu psikologi manajemen. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan/SDM (Sumber Daya Manusia) dari suatu organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugas, mampu memberikan informasi kepada pelanggan atau rekan sekerjanya. Dan pada akhirnya membuat karyawan itu senang pada pekerjaan dan perusahaannya

KEPEMINPINAN
A. Pengertian Kepeminpinan
  • Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinanyaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
  • Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
  • Moejiono (2002) memandang bahwa leadershiptersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
B. Teori Kepemimpinan
Faktor-faktor apa saja yang menjadikan seseorang berhasil dalam menjalankan fungsi kepemimpinan? Pertanyaan tersebut sudah diajukan oleh para ahli manajemen sejak masa Thomas Carlyle yang hidup pada abad ke-19 sebagaimana seperti yang tercantum dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship and the Heroic in History (wikipedia.org). Dalam buku tersebut Carlyle menganalisis pengaruh orang-orang besar dalam sejarah seperti Nabi Muhammad SAW, Shakespeare, Luther, Rosseau dan Napoleon terhadap masyarakat pada jamannya. Sejak saat itu berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan berbagai faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan.
Kreitner (2007) menyebutkan adanya 4 teori kepemimpinan yang ada sejak tahun 1950-an hingga kini. Keempat teori kepemimpinan tersebut adalah: Trait Theory, Behaviour Styles Theory, Situational Theory, dan Transformational Theory.
Selain 4 teori kepemimpinan tersebut masih terdapat 4 teori kepemimpinan yang secara luas dikenal dalam kepustakaan manajemen yakni: Great Man Theory, Participative leadership Theory, Contingency Theory, & Transactional Leadership Theory. Participative Leadership Theory & Contingency Theory masing-masing dapat digabung ke teori kepemimpinan Behavioral Styles Theory dan Situational Theory.
  • Teori kepemimpinan 1: Great Man Theory
    Menurut teori kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang yang memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan, kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi, daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan persuasi yang luar biasa.
  • Teori kepemimpinan 2: Trait Theory
    Teori kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari.
  • Teori kepemimpinan 3: Behavioral Styles Theory
    Selama perang dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan arah yang signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus beralih dari “siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin berperilaku atau menjalankan gaya kepemimpinan”
  • Teori kepemimpinan 4: Situational Theory
    Para peneliti yang menganut aliran teori kepemimpinan ini mengatakan bahwa efektivitas gaya kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi yang melingkupinya. Oleh karena itu, mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi apabila gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi.
  • Teori kepemimpinan 5: Transactional Leadership Theory
    Menurut teori kepemimpinan ini, karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun hukuman. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila ia mampu mengembangkan struktur kerja yang jelas sehingga para manajer akan dapat merumuskan dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh para bawahannya serta memberi imbalan sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Demikian pula sebaliknya, dalam teori kepemimpinan ini, sang manajer dapat memberikan hukuman bila karyawan tidak berhasil memenuhi standar kinerja yang diberikan kepadanya.
  • Teori kepemimpinan 6: Transformational Leadership Theory
    Teori kepemimpinan ini didasari oleh hasil penelitian mengenai perilaku kepemimpinan di mana para pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi (transformational leader) mampu memberikan inspirasi kepada yang lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Ia juga seorang pemimpin yang visioner yang mengajak orang lain bergerak untuk mengikuti visinya. Mereka mengandalkan karisma dan kewibawaan (refferent power) dalam menjalankan kepemimpinannya.

PERENCANAAN
A. Pengertian dan Manfaat Perencanaan
Menurut Erly Suandi, perencanaan adalah proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan dengan jelas strategi-strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan sangat penting dilakukan dalam sebuah organisasi, karena  perencanaan merupakan tahap awal dalam melakukan aktivitas organisasi. Berdasarkan tujuan organisasi perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan inimerupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
B. Jenis Perencanaan Dalam Organisasi
Berdasarkan tujuan organisasi, perencanaan dikelompokkan  dalam 3 jenis perencanaan yakni :
  • Perencanaan Strategis
Dari misi organisasi diturunkan tujuan strategis. Rencana strategis ditujukan untuk mencapai tujuan strategis. Biasanya rencana strategis ditetapkan oleh manajemen puncak.
  • Perencanaan Taktis
Rencana taktis diturunkan dari misi dan rencana strategis. Rencana taktis ditujukan untuk mencapai tujuan taktis yang merupakan bagian tertentu dari rencana strategis. Fokus pada hubungan manusia dan aksi, dan biasanya ditetapkan oleh menajemen menengah.
  • Rencana Operasional
Tujuan operasinal diturunkan dari tujuan dan rencana taktis. Rencana operasional lebih sempit dengan jangka waktu yang lebih pendek dan banyak melibatkan  manajemen tingkat bawah.
  • Rencana Tunggal untuk aktivitas tidak berulang, contoh: program, proyek, dan anggaran.
  • Rencana Standing untuk aktivitas yang berulang, contoh: kebijakan, prosedur standar, dan aturan.
Sumber:
http://d-p-y.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-manajemen.html
http://revolsirait.com/pengertian-manajemen/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
http://quickstart-indonesia.com/teori-kepemimpinan/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_1_1_1.htm

Jumat, 10 Juni 2016

Claustrophobia (Fobia Pada Ruang Sempit)


Kelompok:
1. Arinda Intan Aulia      11514621
2. Dicky Sanjaya             13514058
3. Ingga Rizki Amalia     15514337
4. Muhamad Dayat          16514911
5. Nurwardah Amaliyah  18514291
6. Sabrina N. A. Kinan    19514908
7. Siti Nurjanah               1A514381

Kelas :
2PA09


Klaustrofobia (Claustrophobia)

Klaustrofobia adalah sebuah kondisi psikis yang ditandai dengan kecemasan atau ketakutan akan tempat atau ruangan tertutup.  Kata Klaustrofobia sendiri diambil dari dua kata yang berasal dari bahasa latin yaitu  claustrum yang berarti 'tempat atau ruangan tertutup' dan kata phobos yang berarti 'takut'.  Orang yang memiliki gangguan Klaustrofobia dapat mengalami kecemasan yang sifatnya ringan hingga berat. Kondisi ini sudah dialami hampir 37 % penduduk dunia.

Gejala Klaustrofobia (Claustrophobia)

Klaustrofobia sebenarnya dianggap sebagai gejala dari sebuah kecemasan akan kejadian yang pernah mereka alami. Kecemasan muncul dalam fikiran orang yang mengalami Klaustrofobia bisa jadi karena faktor traumatis akan hal yang mereka alami tentang kejadian yang tidak ia inginkan pada ruang tertutup, seperti saat berada dalan lift, dan saat lift mulai berjalan tiba tiba lift tidak berfungsi dan membuatnya terjebak di dalamnya. Klaustrofobia umumnya merupkan hasil dari pengalaman di masa lalu seseorang yang telah menyebabkan mereka untuk menghubungkan  ruang kecil atau ruang tertutup dengan perasaan panik seakan akan ruangan tersebut dapat membahayakannya.

Klaustrofobia dapat terjadi pada seseorang pada awal kehidupan mereka, pada masa kanak-kanak atau masa remaja. Klaustrofobia akan menyebabkan seseorang mengalami perasaan mirip dengan serangan panik, yang dapat menyebabkan mereka berkeringat, Jantung berdetak cepat, Sesak napas atau hiperventilasi, napas lebih cepat gemetaran, takut mati, pingsan, dan mual. Sementara itu, penderita klaustrofobia akan merasakan kecemasan jika berada di tempat tertentu seperti berada di
ruangan tertutup seperti di bioskop, mobil dan pesawat.
Jika seseorang mengalami beberapa gejala seperti serangan panik atau merasa takut terperangkap di dalam tempat tertentu, maka seseorang tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin meminta seseorang yang mengalami gejala kecemasan tersebut untuk memberikan penjelasan tentang gejala yang ia alami untuk didiagnosis dan memastikan apakah seseorang tersebut benar benar mengalami Klaustrofobia atau tidak.

Klaustrofobia (Claustrophobia)
Pengobatan Klaustrofobia (Claustrophobia)

Untuk mengatasi Klaustrofobia (Claustrophobia), ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan Terapi perilaku kognitif. Selain itu, kita juga dapat melakukan pendekatan holistik yang dapat mencakup terapi pengobatan yang tepat oleh seorang psikolog, serta penggunaan teknik relaksasi atau metode pengobatan lain seperti hipnoterapi.

Dukungan dari keluarga dan teman-teman sangat penting bagi orang yang menderita Klaustrofobia. Seseorang mendapatkan diperlakukan untuk mengatasi fobia mungkin merasa menantang dan akan memerlukan dukungan dan perawatan dari orang-orang. Psikoterapis dapat meminta anggota keluarga atau teman-teman untuk menghadiri sesi tertentu untuk mendukung orang mencari pengobatan.

Sumber:
http://www.referensisehat.com/2015/10/klaustrofobia-claustrophobia.html