Selasa, 27 Desember 2016

Tugas 3 Softskill Psikologi Manajemen

Pengertian Empowerment


Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan.
Empowerment, yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi.
Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Kunci Efektif Empowerment
Menurut Friedmann ada dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya, kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.


Definisi Stress
Kondisi seseorang yang sedang mengalami tekanan dalam kehidupannya yang begitu sulit dibayangkan dan sangat sakit untuk dirasakan. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi kinerja keseharian juga dapat menurunkan produktivitas, menimbulkan rasa sakit serta gangguan mental lainnya. Sumber stress sendiri disebut dengan stressor, sedangkan ketegangan yang dihasilkan disebut strain.
Menurut Hans Selye 1976, stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Seseorang dapat dikatakan stress jika mengalami beban atau tugas yang berat, tetapi ia tidak dapat mengatasinya.
Di zaman seperti ini, begitu banyak orang yang mengalami stress, baik itu orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Disaat jiwa kita mengalami suatu cobaan / tekanan yang berat, maka dengan sendirinya otak kita akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan hormon dalam jumlah yang cukup banyak sebagai energi tambahan untuk bertindak menghadapi situasi yang menekannya dan apabila situasi tersebut telah berlalu, maka kondisi tubuh akan kembali tenang.
Penyebab Stress
Dimasa yang serba instan ini, dengan gaya hidup yang serba cepat, menambah semakin kompleksnya permasalahan hidup. Dimana tekanan kehidupan yang datang lebih cenderung berupa psikologis, seperti yang sedang marak ditengah masyarakat saat ini yaitu perselingkuhan, perceraian, pemerkosaan, perampokan, ekonomi, persaingan bisnis yang tidak sehat, terlilit hutang rentenir, penganiayaan dan kematian orang yang di cintainya, dll. Berikut pengelompokkan berdasar sumbernya:
  1. Faktor Eksternal; merupakan faktor penyebab stress yang berasal dari luar diri. Misalkan saja terkena PHK, tugas banyak, mengalami kejadian duka, dan sebagainya, yang memungkinkan membuat orang menjadi stress.
  2. Faktor Internal; berhubungan erat dengan faktor dari dalam diri dan keadaanya. Misalkan, harapan yang terlalu tinggi dan sulit mencapainya, ketakutan akan sesuatu hal, trauma, dan sebagainya.
Keadaan stress yang bertubi-tubi secara psikologi dapat menyebabkan jiwa lelah dan tubuh terasa lunglai, sehingga bisa menyebabkan seseorang tidak mampu berpikir jernih dan mendekati putus asa, bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Faktor lain yang paling sering menyebabkan seseorang mengalami stress ialah tuntutan di dalam pekerjaan.
Menurut Sarafino (1990), stress kerja dapat disebabkan oleh:
  1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan
  2. Kurangnya control yang dirasakan
  3. Kurangnya hubungan interpersonal
  4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja 
Cara Menangani Stress
Seseorang tidak bisa berada dalam kondisi stress terlalu lama, karena stress yang berkepanjangan dapat mengganggu respon jantung, juga dapat menurunkan imun atau ketahanan tubuh, sehingga dapat berpengaruh negatif pada kesehatan. Berikut ada beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi stress:
  1.  Diam Sejenak; artinya menenangkan pikiran sejenak dan mengalihkan perhatian sementara dari stress. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti; memancing, melukis, berkebun, merangkai bunga, menyulam, dan sebagainya
  2.  Membaca; terbukti efektif mengurangi stress karena membaca dapat mengalihkan fokus pikiran, sehingga membuat pikiran menjadi lebih baik.
  3. Mendengarkan Musik; dapat menenangkan detak jantung yang keras juga dapat menenangkan ketegangan pikiran. Karena musik dapat memberi efek perasaan tenang pada pendengarnya
  4. Berinteraksi dengan Keluarga` merasakan cinta kasih dari keluarga (anak, cucu, kakak, adik, mama, papa) akan membuat diri tersenyum bahagia. 
  5. Kesibukan yang menguntungkan 
  6. Berolah Raga; olah raga ringan dengan jalan santai, jogging, bersepeda dan bila dirasa perlu maka datangi tempat kebugaran seperti fitness, kolam renang, sanggar senam, dll.
 
Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Jenis-Jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  1. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  3. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  4. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  5. Konflik antar atau tidak antar agama
  6. Konflik antar politik.
 Proses pada Konflik


Menurut Pondi, Proses terjadinya konflik sebagai berikut.

  1. Konflik Laten (Latent Conflict); merupakan tahap dari munculnya faktor-faktor penyebab konflik dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini ialah persaingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi di dalam organisasi. 
  2. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict); pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. 
  3. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict); pada tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya. 
  4. Resolusi Konflik (Conflict Resolution); pada tahap ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan. 
  5. Konflik Aftermath; jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik yang baru.

Menurut Smith, Proses terjadinya konflik sebagai berikut :

  1. Tahap Antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan. 
  2. Tahap Menyadari, yaitu perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang tidak mengenakkan.
  3.  Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan. 
  4. Tahap Perdebatan Terbuka, yaitu perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka. 
  5. Tahap Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika lambangnya tidak dimengerti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.
Hambatan dalam Komunikasi
Tidak efektifnya proses komunikasi disebabkan oleh 3 hal pokok unsur utama komunikasi yaitu komunikator, isi pesan, dan juga komunikan. Dan roses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal, yaitu:
  1. Hambatan internal; adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
  2. Hambatan eksternal;
    adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.

Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
  1. Gangguan; mekanik dan semantik
  2. Kepentingan
  3. Motivasi terpendam
  4. Prasangka
Sumber:
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar