Pengertian Stress
Pengertian Stress
Walter Canon
memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa
yang mengancam.ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response
karena rspon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau
menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight
response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat tergadap situasi yang
mengancam.akan tetapi bila orausal yang tinggi terus-menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan induvidu.
Selye
mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia
mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas
rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.Fase
reaksi yang mengejutkan (alram reaction)
Pada
fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti
jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi
nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
2.Fase
perlawanan (stage of resistence)
Pada
fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat
tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress
dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup
tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.Fase
Keletihan ( stage of Exhaustion)
Fase
disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila
seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang
bagian-bagian tubuh yang lemah.
Tipe-tipe Stres Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada
empat tipe stress psikologis, yaitu:
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya
kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami
kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun
jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa
rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan
atau frustasi.
Frustasi ada yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,
bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain.
Konflik
Konflik ditimbulkan karena
ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan.
Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang
tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan
menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict,
avoidant-avoidant conflict.
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan
hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya
cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam
diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang
tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh
anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan
lain-lain.
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu
kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan
rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya
sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak
tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang
akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah
padanya.
Symptom-Reducing Responses terhadap stress
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa
digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk
ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan
sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan
kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya.
Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik
diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Coping strategy
koping yang digunakan individu
secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang
dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa
relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut
tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut
akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan
prestasi.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk
mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui
bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya.
Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau
umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang
efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur
istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur
dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk
mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk
mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi
tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain
seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap
hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang
dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa
lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam
menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus
memiliki empat komponen pokok:
1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan
memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah
berlangsung.
2.
Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara
mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini
meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah.
3. Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih
secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau
menghilangkan stressor.
4.
Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah
berhasil di atasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Andi Sunaryo.
2002.
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi
abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim.
1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar