Hubungan Interpersonal
Menurut Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial, artinya sebagai
makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu
menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan
memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi serta berusaha
mempertahankan interaksi tersebut. Kita melakukan hubungan interpersonal
ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan
interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola
interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal,
akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal
attraction.
A. Model - model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal memiliki 4 model yaitu :
- Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang
berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat
positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran
dikurangi biaya).
- Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini
setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat.
Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi
peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki
ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi
peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi
tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang
harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
- Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini
menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam
bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan
perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi
orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan
pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
- Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem .
Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara
singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Memulai Hubungan
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak
untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak
berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan
sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
- Informasi demografis
- Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
- Rencana yang akan datang.
- Kepribadian.
- Perilaku pada masa lalu.
- Orang lain serta,
- Hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
- Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
- Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
- Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
- Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
C. Hubungan Peran
Hubungan peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai
dengan status sosialnya. Antara peran dan status sudah tidak dapat
dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya.
Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis.
Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur
perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Pola peran dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini :
- Peran Ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu. Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan pandai.
- Peran yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang ibu tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak remaja.
- Peran yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya. Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
- Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
- Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
- Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
- Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
- Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yangterdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatanyang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate
love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam
suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di
dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut
tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap
pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga
yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling
terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang
harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan
tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita
akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati
kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
E. Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang
terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada
cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri.
Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan
lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima,
dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita
menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika
kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya.
Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap
pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
- Kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
- Kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
- Kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
- Kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
- Kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
SUMBER :
- Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai Pustaka
- Dayakisni, Tri. 2006. Psikologi social. Edisi revisi. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang
- Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar